Minggu, 26 Juli 2009

TUHAN DALAM BAHASA CINTA

Seorang guru kebijaksanaan lebih mencintai muridnya yang termuda ketimbang murid-muridnya yang lain.Suatu hari gang guru menyuruh para muridnya membeli ayam itu di tempat dimana tak seorang pun melihatnya.Sang guru hanya berpesan agar mereka kembali paling lambat saat matahari terbenam.Saat mereka kembali,semua murid membawa ayam sembelihannya ke hadapan sang guru.Namun anehnya sang murid kesayangan itu kembali dengan membawa seekor ayam yang masih hidup.Tentu saja ini menjadi bahan tertawaan murid-murid yang lain.

Si guru kemudian menanyakan bagaimana mereka menjalankan perintahnya.

Murid kesatu mengatakan bahwa ia membawa ayam itu ke rumahnya,mengunci pintu kemudian menyembelihnya.

Murid kedua berkata bahwa ia membawa ayam tersebut ke rumahnya.,mengunci pintu,menutup tirai,kemudian masuk ke dalam kamar tertutup namun ia menutup matanya dengan kain sehungga ia sendiripun tidak dapat melihat proses penyembelihan tersebut.

Murid lain pergi ke daerah gelap yang terpencil di dalam hutan.

Murid terakhir pergi ke sebuah gua yang gelap gulita.

Tibalah giliran murid yang termuda.Ia menundukkan kepala dengan malu.Ayamnya masih berkotek di pelukannya.Dengan lirih ia berkata,aku ,”Aku telah membawa ayam ini ke dalam rumah,tapi Tuhan berada di segala sisi rumah itu.Aku pergi ke tempat paling terpencil di hutan,tapi Tuhan tetap ikut bersamaku.Bahkan di gua paling gelap sekalipun,Tuhan berada di sana.Tak ada satu tempatpun dimana Tuhan tak dapat melihatku.

Sejak saat itu kecemburuan murid-murid yang lain langsung sirna..mereka sadar mengapa sang guru paling mencintai muridnya yang satu ini.